Pertama:
Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya amalan
yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah
shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah
yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya
sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat
baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit
kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki
amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman:
sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan
sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR.
Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kedua:
Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat
Ma’dan bin Abi Tholhah
Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya,
‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke
dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban,
‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya,
Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua
kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata,
‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
“Hendaklah engkau
memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah
engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan
derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun
pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu
Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR.
Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah
dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak
sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak
sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.
Ketiga:
Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -radhiyallahu ‘anhu- dia berkata,
“Saya pernah bermalam
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan
air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku,
“Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa
menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah
permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau
menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak
melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no. 489)
Keempat:
Shalat adalah sebaik-baik amalan
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Beristiqamahlah
kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat.
Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR.
Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
Kelima:
Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang rajin
mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah
yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Setiap orang mukmin
(beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, 2:
224). Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa
terbang, memakai tasbih dan surban. Namun yang dimaksud wali Allah
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus di
atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa” (Majmu’ Al
Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah orang
yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau
disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa
wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah
terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah pertengahan).
As saabiquun al
muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah
dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia
meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.
Al Abror ash-habul
yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan
amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani
dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan
dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
“Apabila terjadi hari
kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian
itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung
dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu yang
beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan.
Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling
dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah
kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan
segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14)
(Lihat Al furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)
Keenam:
Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta’ala
berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan
wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku
dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan
untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk
berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya
dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR.
Bukhari no. 2506)
Orang yang senantiasa
melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan amalan wajib,
akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan
orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a (Faedah dari Fathul
Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, hadits ke-38).
Sumber artikel:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar